Mendengar kata
islam, pasti kita akan berpikir terhadap sebuah agama dengan konsep konsep spiritualitas yang yang masih eksis bertahan hingga saat ini. Hal itu dikarenakan, islam sendiri memiliki hak hak
dan norma norma yang logis serta mudah diterima oleh kalangan masyarakat awam.
Sebelum
ditelisik lebih dalam, perlu adanya sebuah wawasan atau wacana mengenai agama
itu sendiri, menurut Wikipedia.com, agama merupakan sebuah koleksi terorganisir
dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia
dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap gerak
gerik yang kita lakukan dan paradigma yang kita miliki, agama selalu menjadi
pedoman atau sebuah dogma bagi setiap penganutnya. Dari sekian banyak penganut agama yang bercabang di dunia, islam
merupakan agama samawi yang menduduki peringkat nomor satu di seluruh manca negara.
Mengapa
demikian?, dalam hal ini
perlu ditilik dari masyarakat sendiri yang pada mulanya menganggap agama atau
islam sendiri merupakan hal yang asing sampai menjadi ajaran yang tidak tabu.
Namun pada akhirnya, mereka tertarik
untuk mengkaji dan menganut agama islam itu sendiri.
Dari
pelbagai problematika dan kontroversi yang ada dunia ini, islam hadir ditengah
tengah mereka sebagai penengah yang memberikan jalan serta konsep yang efektif, inovatif dan progresif. Melalui
caranya yang lugas dari sumber kitab sucinya (al-qur’an), islam tidak hanya mengajarkan tentang norma norma hukum (rule of law) dan juga norma norma religious yang bersifat transenden.
Akan tetapi, jika
kita sedikit melirik pada fakta yang bertebaran dilapangan, mayoritas mengatakan
bahwa islam hanya sebuah konsep yang berisi tentang kegiatan kegiatan ilahiyat
dan juga konsep konsep ketuhanan, selain hanya berupa konsep ilahiyat, islam
juga memberikan sebuah paradigma yang memiliki korelasi antara haqqul adam. Akan tetapi, sering kali pada konsep yang
terakhir ini sangat jarang di indahkan sehingga disvergensi dan disuasi sering
terjadi pada umat islam sendiri.
Sedikit
memandang paradigma islam ke barat khusunya di amerika, setelah tragedi WTC,
islam seolah olah menjadi agama yang tak jauh dari kata kriminalitas. Sebagian dari penduduk awam amerika yang takut terhadap islam, yang sat ini kita kenal
dengan istilah islamphobia. Padahal pada hakikatnya, islam telah mengajarkan
untuk saling menghormati dan saling menghargai antar umat agar integrasi bangsa
tersebut menjadi lebih progresif
dan inovatif.
Menurut
penduduk awam amerika, eksistensi islam
seolah olah berlaku tidak adil dan bersikap diskriminatif dalam berinteraksi
antar sesama. Tak hanya itu,
islam bahkan kerap kali dicap radikalis,
padahal hal itu sangat bertentangan dengan konsep yang telah terdogma di dalam
esensi al-qur’an
sendiri.
Sosio-islam di zaman modern
Intensi semua agama pada umumnya adalah ingin merealisasikan adanya sebuah solidaritas dan tasammuh
antar sesama umat, bukan malah membuat kerusakan atau degresi moral maupun
bangsa. Dari sekian banyaknya agama yang berusaha mengajarkan kebaikan serta kebajikan, islam
merupakan ajaran yang sangat relevan bagi masyarakat. Terbukti, di pelbagai
zaman apapun, islam mampu beradaptasi dan
eksis dalam memecahkan tiap tiap problematika antar sesama maupun lingkup tatanan negara.
Fakta yang beredar dilapangan saat ini menyebutkan bahwa banyak dari penduduk islam yang mengatakan, bahwa Islam
hanya berisi konsep ketuhanan. Apabila hal
ini tidak ditanggulangi secara inten
dan tidak adanya tindakan kongkrit. Otomatis islam yang hakiki akan menjadi bayang bayang semu di
telinga masyarakat sosial.
Sebagai contoh yang tidak bisa
kita nafikan oleh fakta historis
adalah, pada masa dinasti umayyah dan dinasti abasiyah, keadilan dalam islam
seolah olah hanya
menjadi bayang bayang semu, adanya sebuah kesejahteraan dalam dua dinasti
tersebut cukup rumit untuk digapai, bagaimana tidak, orang yang rajin melakukan
ibadah : sholat, zakat dan juga peribadatan lainnya, seolah olah mereka lah
orang orang yang sholeh dan alim dalam memaknai konsep islam secara hakiki.
Akan
tetapi, untuk melihat kaum kaum duafa’ dan orang orang fakir lainnya, sebagian
dari mereka kurang peduli dalam hal itu, sehingga yang terjadi adalah sulitnya
mencapai loyalitas dan kesejahteraan bersama antara pejabat dengan rakyat
jelata
Beralih ke Nusantara,
kata islam sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan, mayoritas penduduk di Indonesia merupakan pemeluk setia
agama islam. Akan tetapi, fakta yang
terjadi di kalangan masyarakat menunjukan adanya sebuah ketimpangan sosial. Sebagai contoh, orang miskin, janda dan fakir miskin yang kehidupannya masih di ambang pintu (belum terjamin). Memang, pada beberapa dekade pemerintah sudah menyikapi hal itu.
Akan tetapi, faktanya adalah banyak dari mereka yang masih melarat. pemerintah perlu merespon lekas
agar kehidupan mereka terjamin. Jika tidak, dapat dipastikan, angka
pengangguran akan meningkat dan tindakan kriminalitas tak akan mampu untuk dibendung.
Jika hal
ini dibiarkan begitu saja. Lantas, dimana makna islam yang hakiki?. Bagaimana nasib bangsa yang kurang memedulikan fakir
miskin yang sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?. Mau disebut apa bangsa kita jika hal mengerikan itu
terjadi?, sebuah pertanyaan yang harus kita jawab bersama dengan pelbagai aksi untuk mengubah bangsa menjadi lebih progresif.
Kembali
pada makna agama, dalam bahasa sangsekerta, A
berarti tidak, sedangkan GAMA bermakna kacau balau. Dengan begitu, jelas bahwa agama memiliki peranan penting bagi tiap individu. Selain itu, konsep pemikiran
progresif yang memadukan sosio-islam juga perlu diterapkan secara matang. Hal itu
dikarenakan, agar masyarakat dapat hidup sejahtera dan bangsa akan menjadi bangsa yang progresif serta mampu bersaing di kancah global.
Upaya sosio-islam
terutama dalam menjunjung asas keadilan
bagi bangsa harus di upayakan khususnya kepada mereka yang tak mengetahui arti
dasar falsafah keislaman. Oleh karenanya, perlu adanya aksi dari para
revolusioner agar islam mampu menjadi kebutuhan primer bangsa dalam berinteraksi serta memberikan
kontribusi bagi umat.
Penulis
merupakan siswa aktif kelas XII PK 1
Sip sip
BalasHapusSip sip
BalasHapus