Dalam pembelajaran di Sekolah, kita telah mengenal istilah
organisasi dari pelbagai kalangan, baik itu melalui media pembelajaran yang
dilakukan intraksi antar guru dan murid, ataupun dari adanya sebuah instansi
yang berkembang di Sekolah tersebut, memang jika boleh dikata, adanya sebuah
organisasi telah menjadi momok yang
sangat menakutkkan bagi siswa yang anti organisasi.
Memang faktanya, aktivis siswa, baik itu OSIS dan semacamnya
seringkali dihujat dan diklaim sebagai orang yang sok suci dan memiliki watak karakter
keras terhadap siswa lainnya, hal itu yang menjadi alas an utama siswa untuk
membenci aktivis dalam melaksanakan kegiatan yang mereka lakoni.
Sebagai seorang aktivis, tak bisa di pungkiri pula, bahwa
hujatan dan cacian seolah telah menjadi konsumsi bagi mereka, namun di satu
sisi, mereka memiliki nilai lebih dihadapan golongan lain, yakni sebagai orang
yang produktif dan juga mampu meningkatkan reputasi.
Tak bisa dipungkiri, dalam manajemen organisasi, perlu
adanya kerja sama tim yang baik, hal itu dimaksudkan agar keanggoatan yang
dijalankan mampu berjalan sempurna dan menjadi sebuah kenangan manis kelak.
Namun, manajemen organisasi bukanlah hal yang mudah, dalam melaksanakan sebuah
kegiatan, selalu saja ada beberapa masalah yang menjadi penghambat siswa dalam
menjalankan kegiatan yang dijalankan.
Hal itu pula yang dirasakan oleh media pemberitaan warta
sekolah, yakni lembaga pers siswa. Berbeda dengan organisasi organisasi pada
umumnya, media pers memiliki kecenderungan yang fatal dan memiliki dampak yang
besar terhadap suatu kelompok atau individual perorangan.
Mengapa harus media pers?, hal ini dikarenakan pers memiliki
tanggung jawab dalam peliputan berita yang dilakukan setiap hari dengan
pelbagai sajian yang terlihat menarik dan elegan. Selain itu, pers juga
memiliki jadwal yang sangat padat dalam melaksanakan aktifitas, jadi jangan
heran bila siswa yang bergelut di organisasi ini memiliki kesibukan yang super
padat kesehariannya.
Jika kita lihat pada fakta yang ada, siswa yang menggeluti
dunia tulis menulis dan ilmu kewartaan (jurnalistik) memiliki kontribusi besar
terhadap kemajuan Madrasah sendiri, selain mampu menjadi sarana dalam
memberikan informasi yang faktual dan aktual terhadap ruang lingkup siswa,
lembaga pers juga dapat menjadi media pengkoreksian sekolah dalam uapaya
pembangunan dan pembenahan sekolah menjadi sekolah yang bermutu dan berkualitas
baik untuk kemajuan siswa maupun kemajuan pembangunan dan fasilitas bagi siswa
dan guru.
Tak bisa disayangkan pula, bahwa dampak positif yang
diberikan pers siswa terhadap sekolah juga terdapat orang atau golongan yang
proaktif yang mencaci adanya lembaga pers. Yakni, terdapat beberapa guru
ataupun dari kalangan siswa sendiri yang membenci siswa produktif menulis. Pasalnya,
tak jarang, setiap gerak gerik mereka selalu di awasi oleh kuli tinta ini,
alhasil, hal itu membuat mereka menjadi kikuk dalam menjalankan sebuah
pekerjaan atau sebuah rutinitas yang bisa mereka tekuni.
Konsekuensinya adalah, apabila mereka melakukan sesuatu yang
menarik atau pun menyimpang, mereka tentu akan merasa malu dan kecewa telah apa
apa yang menimpa terhadap mereka, dan tentunya, media pers lah yang menjadi
penyebab utama runtuh atau naiknya pangkat seorang guru pada ruang lingkup
sekolah.
Memanfaatkan waktu.
Dalam perkembangannya, selain menjadi siswa aktif di Sekolah,
siswa yang aktif di lembaga pers juga memiliki kesibukan tersendiri yang harus
dipenuhi untuk mencapai sebuah kesuksesan dan hasil yang optimal, yakni berupa
pengggalian berita, wawancara, editing sampai proses lay out, hal itu semua
dilakukan dalam waktu kegiatan pelajaran sekolah dilaksakanan.
Terlebih dikalangan pesantren, tentunya siswa yang
berdomisili di sebuah pesantren dan aktif di organisasi kejurnalisasan akan
kewalahan dalam mengahadapi itu semua,
maka mau tidak mau, pemanfaatan waktu merupakan satu satunya cara untuk
memberantas kemuskilan yang terjadi dikalangan mereka (redaksi).
Dalam proses yang tergolong luar bisaa itu, tentu hasilnya
pun akan memuaskan, mereka yang aktif di organisasi pers, tentu sudah memiliki
modal yang cukup untuk menghadapi ujian di kalangan mahasiswa. Selain itu,
mental yang dimilki oleh siswa tersebut tentu tak perlu dipertanyakan dan
diragukan lagi dalam menjalankan aktifitas, yakni, dengan selalu cekatan dalam
segala hal dan tidak menunda nunda waktu.
Selain itu bagi
mereka yang aktif di media pers juga akan siap berproses atau berlatih dibawah
tekanan demi mencapai hasil yang di inginkan, tak bisa di remehkan bahwa media
pers merupakan media yang harus digalakkan oleh sekolah agar mampu menciptakan
kader kader bangsa yang memiliki pemikiran yang kritis dan aktif dalam
menghadapi setiap cobaan dan ujian.
Dalam konteks ini, tentu kehidupan masa depan mereka lebih
terjamin daripada orang orang pada umunya, mereka akan menjadi orang yang
sukses dan bermanfaat bagi suatu instansi karena proses yang dilakukan jurnalis siswa itu sangatlah
panjang dan dipenuhi lika liku yang menantang adrenaline.
Oleh karenanya, lembaga pers di sebuah instansi baik di Madrasah
ataupun Sekolah harus segera disinyalir bhawa seksistensi adanya lembaga
tersebut sangat berartui, apalagi mengaca pada keadaan Indonesia yang mulai terganggu
keamanannya oleh teror teror yang berserakan disana sini, tentu denga n adanya
media pers, siswa menjadi lebih aktif, produktif, inovatif dan selalu positif
dalam melaksanakan sebuah empolemen untuk menjadi masyarakat khususnya menjadi
pelaraj yang berkualitas.
Penulis Merupakan
Pemimpin Redaksi Majalah Kharisma edisi 29-30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar