Entri yang Diunggulkan

Meneruskan Aspirasi Historis

Mencapai cita-cita luhur yang hakiki merupakan sebuah keniscayaan untuk bersahabat dengan penderitan dan pengorbanan. Tentu dalam instrumen ...

Rabu, 19 Desember 2018

Reliansi Kapiran Para Insurgen Nusantara

Tahun 2016 lalu, kita telah dikejutkan dengan munculnya isu-isu para distruktor di pelbagai penjuru dunia. Tak hanya berkedok sebagai teroris. Nama islam pun diperebutkan untuk menggencarkan aksi liciknya dalam meneguhkan reliasi mereka dan mentolak mundur objek yang menjadi sasarannya. Aksi ini sempat viral dalam jangka panjang dan menjadi sebuah sorotan oleh seluruh dinamika masyarakat dunia maupun media-media yang berefloresen seiring bertambahnya teknologi mutakhir.
Kemudian, hal ini pun membuat bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama islam tentu merespon lekas terhadap perihal –perihal para teroris yang berkedok di dalam jubah islamiyah, dengan mempersiapkan dan menjaga ketahanan bangsa melalui kerja sama antar Negara dan memberikan wacana pendidikan luas  terhadap para pemuda sebagai generasi bangsa agar menjadi pelajar yang elintis dan profesien dalam memahami elemen – elemen yang berada di pelbagai penjuru dunia maupun di Indonesia.
Perpetrasi yang digencarkan oleh para insurgenisme yang radikalis terhadap pemahamannya. Membuat TNI pun turut  turun tangan     dalam mempertahankan NKRI. Jika dilihat dari segi emploemen –emploemen yang pada akhirnya menimbulkan disuasi bagi nusantara. Hal ini dapat dilihat melalui realita yang menyebar di pelbagai Negara-negara besar.
Mirisnya, mereka justru bersembunyi di balik topeng islam. Hal tersebut menimbulkan tanda-tanda disuni hingga menjadi sebuah disvergensi di Negara tersebut. Pelbagai problematika dan disagremen di perbincangkan, rekreminasipun dilontarkan pada lawan, hingga disafeksi timbul dan akhirnya memberikan sebuah konklusi berupa detrimen, regresi dan dereliksi atas bangsa tersebut.
Kendati demikian, pada dasarnya, desiderasi yang ditetapkan oleh para insurgen di otak-otak mereka sungguh dangkal dan rekalsitran. Enunsiasi ini hanya melihat rutinitas kecil yang Nampak dikalangan bangsa Indonesia.
 Padahal pada hakikatnya, mereka mereka tidak tau menau bahwa Indonesia pada dasarnya memiliki kekuatan, kekuasaan dan ketahanan Negara yang tidak diketahui oleh golongan mereka , apalagi melihat janji dan konklusi yang diberikan Negara-negara dunia paa Indonesia yang tak mungkin untuk mudah dihancurkan dengan strategi murahan mereka. Melihat pada relasi yang terus terjalin antara Indonesia terhadap Negara-negara lain secara empiris, tentu hal ini sangat relevan.
Pasalnya, ketahanan dan kekuatan militer serta kecerdasan bangsa dalam merangkai stratergi tentu mampu mentolak mundurkan para distruktor dengan cepat dan sigap, ditambah lagi dengan persenjataan dan tentara-tentara yang siap menjadi utusan Negara yang menjalin relasi yang baik agar mampu mendiskoperkan penghargaan yang gemilang serta progresif dalam menggapai tujuan. Lantas, mengapa Indonesia dikata sangat  lelet dalam melencarkan serangan kepada kaum radikal ?.
 pada hakikatnya, bangsa Indonesia bertumpu atau lebih mengacu pada titik temu atau hal yang bersifat fundamentalis dari segala detrimen yang bermunculan di tanah air.Akan tetapi tidak melepas para insurgen dan masalah-masalah kecil secara mutlaq.
 Dengan cara ini, tentunya para distruktor yang awalnya bahagia bukan kepalang , kini kian kebingungan. Pasalnya, reliansi yang menjadi tumpuan atau pustulat mereka dalam menjalankan aksi telah gagal karena ditolak mundur oleh gencaran yang dilakukan oleh para progreris bangsa ini.
s Oleh karenanya, Indonesia yang dikata lemah dalam persediaan senjata ataupun kesiapan yang belum sempurna, tentu adalah isu belaka yang dating dari stipulator, untuk mengahncurkan moral pelajar Indonesia untuk cinta terhadap bangsa dan Negara.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Majalah Kharisma Edisi 29-30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar