Kuatnya arus media dari pelbagai belahan dunia nampaknya
telah mampu memberikan dampak negative bagi perkembangan zaman, dengan kuatnya
arus media tersebut, media sosial kian tak dapat di urus dengan konkret, hal
itu pun berakibat pada golongan-golongan yang memanfaatkan media sebagai sarana
kepentingan pribadi dan terkadang untuk mengusung kelompok-kelompok yang mereka
geluti.
Dewasa ini, kita telah dikejutkan dengan beredarnya berita
fake news (hoax) yang saat ini telah menjadi perbincangan hangat di Indonesia,
dimana para pengedar hoax lebih dominan beraksi di media social, pasalnya,
media social merupakan slah satu sarana efektif untuk melancarkan aksi bagi
para cyber crime untuk mengubar kebencian maupun mengangungkan suatu golongan.
Adapun target dan tujuan dari para pengedar hoax sendiri
adalah masyarakat umum yang minim akan pengetahuan dan informasi sekitar,
sehingga rasa simpati dan gejolak untuk melakukan sesuatu pun timbul untuk
mengikuti hal-hal yang di ajukan oleh para (pengedar hoax).
Dengan adanya hoax yang telah menjamur ini, tentu para
jurnalis aktif di tiap instansi tak tinggal diam, pelbagai cara pun dilakukan
untuk memberantas terjadinya hoax di dunia. Pasalnya, dengan ketegangan berita
hoax yang terjadi di masyarakat umum.
Fakta yang menunjukan bahwa pers menolak keras adanya hoax
adalah salah satu instansi ternama, jawa pos, saat ini telah membuat terobosan
cemerlang dengan mengangkat rubrik baru yang bernama “Hoax atau bukan” yang
menjadi salah satu bentuk penolakan keras
terhadap hoax yang berkoar di Indonesia.
Hal itu pula akan berdampak pada eksistensi pers untruk
kedepannya bahwa lambat laun, masyarakat umum akan tifdak mempercayai berita,
sehingga terkadang berita asli pun di hujat sebagai berita yang tergolong
palsu,
Tentunya untuk menanggulangi hal ini perlu adanya pendidikan
khusus bagi masyarakat, khususnya para pemuda yang saat ini tak mampu lepas
dari media sosial. Tak hanya itu, hal ini pula perlu adanya dukungan dan hukuman
dari pemerintah tentang orang yang mengubar berita palsu untuk dihukum dengan
hukuman yang berat.
Pasalnya, dengan hukuman berat, pendidikan efisien dan
langkah jurnalis dalam berperang dengan hoax membuat hoax mampu dipukul mundur
dan tidak akan mampu mencari celah sebuah kesalahan untuk mencekoki masyarakat
Indonesia dengan berita berita palsu.
Peran jurnalis merupakan peranan yang sangat urgen dalam
menuntas habiskan hoax itu, selain berimbas terhadap pers sendiri, hoax juga
akan memberi dampak yang sangat merugikan bagi pers, pasalnya, pers yang
merupakan jembatan antara pejabat dan masyarakat tentunya akan tidak dipercayai
lagi berita-berita yang di muatnya di pelbagai tempat, alhasil, hal ini akan
membuat pers menjadi tempat hujatan dan menjadi sasaran amukan masyarakat.
Penulis Merupakan Pemimpin
Redaksi Majalah Kharisma edisi 29-30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar