Entri yang Diunggulkan

Meneruskan Aspirasi Historis

Mencapai cita-cita luhur yang hakiki merupakan sebuah keniscayaan untuk bersahabat dengan penderitan dan pengorbanan. Tentu dalam instrumen ...

Kamis, 20 Desember 2018

Meneruskan Aspirasi Historis



Mencapai cita-cita luhur yang hakiki merupakan sebuah keniscayaan untuk bersahabat dengan penderitan dan pengorbanan. Tentu dalam instrumen kehidupan, tiap pengorbanan akan dikenang pada generasi mendatang. Ya, tepatnya tanggal 5 Nopember 2012, sebuah refleksi awal atas perjuangan segelintir orang yang memiliki resistensi tangguh mati matian membentuk aliansi reformis untuk menyongsong identitas MANJ menjadi lebih progresif dan inovatif dalam berkarya.


Atas besarnya lonjakan ambisi dan tingginya aspirasi ketiga pendirilah, pada akhirnya Koran Siswa Manje (KSM) hadir memberikan sajian manis di hadapan generasi sosialis, sehingga penerbitan koran kala itu mampu survive membumbui paradigma pembaca. Tentu dalam penerbitannya, koran satu halaman tak mudah unjuk taring pada publik, pelbagai problematika menjadi rintangan bagi kuli tinta untuk terus memberikan inovasi dalam mengatasi kesenjangan itu.


Syukur alhamdulillah, meskipun koran memiliki pengerjaan waktu yang terbatas, Koran satu halaman ini tetap eksis di hadapan publik. Hal itu tak luput dari apresiasi Madrasah serta kontribusi pembina dan keanggotaan redaksi sendiri yang berusaha mati-matian untuk mempertahankan eksistensi koran tiap harinya.


Dalam konteks ini, sudah menjadi responsibilitas redaksi untuk senantiasa memperhatikan konsistensi koran pada tiap penerbitan, hal itu dimaksudkan agar eksistensi koran tetap diakui serta menjadi sarana utama siswa menggali informasi dan menyalurkan aspirasi terhadap Madrasah.


Sekedar melirik pada tonggak awal kepengurusan koran. kemunculan koran satu halaman tak lain pada mulanya dimotori oleh tiga orang yang getol untuk menyajikan karya pada publik. Tak semudah membalik telapak tangan, para senior kita berusaha pontang panting untuk menerbit nertibkan koran dengan fasilitas yang sangat terbatas. Bahkan tak jarang, keringat, air mata dan materi menjadi taruhan demi terbitnya koran satu halaman ini.


Pada tahun kedua, eksistensi koran mulai berada diambang yang mengenaskan. Selain minimnya fasilitas, hal itu juga disebabkan adanya sebagian redaksi yang berorganisasi ganda sehingga terkadang pembuatan berita, editing dan lay out bukan menjadi prioritas utama dalam mempertahankan konsistensi koran secara signifikat. Sehingga dibuatlah solusi cemerlang berupa AD-ART kharisma yang menyatakan bahwa setiap anggota dilarang berorganisasi ganda.


Setelah bergulir ke kepengurusan berikutnya, Pelbagai problematika sosial kian menjadi-jadi di tengah kinerja redaksi, sikap acuh tak acuh terhadap tugas mulai menjalar pada beberapa anggota. Koran yang seharusnya terbit pun seringkali molor akibat rasa enggan untuk mengerjakan hal yang telah menjadi kewajiban.


Pada tahun ke empat, permasalahan dan persoalan kian getir dan mengkhawatirkan, bayang bayang sikap apatis mulai menghantui dan menular terhadap paradigma redaksi, adanya fasilitas yang luar biasa membuat pola pikir dan kerja nyata redaksi seringkali terbengkalai. Pasalnya, mereka malah bermanja manja serta merasa berada di zona nyaman. Hal itu mengakibatkan pengurus koran memutar otak untuk membuat koran menjadi aktif kembali. 


Adanya fasilitas yang super mewah rupanya bukan menjadi solusi cemerlang bagi redaksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas karya. Pasalnya, tak jarang redaksi menyalahgunakan fasilitas serta kurang menjaga fasilitas yang telah dipercayakan pihak Madrasah. Kejadian tragis itu merupakan insiden pada masa kepengurusan koran ke lima.


Beralih ke roda kepengurusan redaksi tahun ke enam ini, pelbagai problematika serasa komplit dirasa oleh redaksi. Meski dengan fasilitas yang relatif megah dan super mewah, redaksi masih akut dihantui dengan permasalahan eksternal. Redaksi seringkali berurusan dengan pihak keamanan baik di Madrasah maupun di Pesantren. Tentu dengan waktu yang terbatas, redaksi tak mampu memaksakan diri berlebih terhadap waktu yang telah ditentukan oleh pihak pesantren, mengingat bahwa status keredaksian juga sebagai santri aktif dalam ruang lingkup pesantren.


Selain itu, rasa egoistis dan kecemburuan sosial seringkali menjadi stigma redaksi dalam mengambil keputusan. Hal ini tentu berdampak keras terhadap keanggotaan redaksi sendiri yang pada akhirnya berujung dengan kontroversi dan konflik dalam ikatan bathiniyah.


kurangnya rasa pengertian dan kepercayaan antar sesama seringkali menjadi ancaman serius terhadap konsistensi koran secara berkala. Rasa solidaritas yang mestinya menjadi kunci eksistensi dan konsistensi redaksi untuk menjalankan kewajiban, seolah olah hanya menjadi bayang bayang semu.


Tingkah laku yang kurang ajar juga acapkali membuat redaksi bersifat angkuh dan apatis terhadap tugas yang menjadi prioritas utama. Sehingga pada hakikatnya, perkembangan redaksi pun sedikit melamban ketimbang tahun tahun sebelumnya. Sejatinya seluruh problematika yang dialami kepengurusan koran pada tahun sebelumnya juga telah dialami oleh tongkat estapet kepengurusan koran saat ini.


Kendati demikian, rasa untuk merevitalisasi pergerakan penerbitan pada dinamika historis selalu terpatri dibenak redaksi, upaya untuk menggali dan mereparasi nilai nilai sejarah pun terus dilakukan demi mencapai masa depan yang gemilang, semisal mereaktifkan program yang sempat fakum dengan bersinergi bersama instansi lain merupakan solusi cemerlang dan efektif dirasa oleh redaksi.


Menela'ah pada hal itu, sudah menjadi kewajiban bagi tiap redaksi untuk terus berambisi meningkatkan kinerjanya di sektor manapun. Dengan terus bergerak dinamis, ber-tafakkur dan saling memahami. Tentu aksi juang dan kontribusi nyata yang orientasinya pada eksistensi penerbitan pun akan tampak dirasa, layaknya pepatah mengatakan "Bergerak maju atau diam dilindas sang waktu", maka dari itu kita tentu mampu memahami hal demikian dengan bersikap loyal demi menggali nilai nilai historis yang kian terpendam sejarah.





Penulis merupakan pimpinan umum redaksi majalah kharisma edisi 29-30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar