Cemburu, satu kata dengan pelbagai penafsiran yang berbeda. Telah
banyak ilmuwan tokoh tokoh bahkan dari kalangan bawah sekalipun yang
mendeinisikan kata cemburu. Memang pada hakikatnya, cemburu bukanlah suatu hal
yang mampu memberikan keterangan penuh terhadap antar sesama individu.
Dimana pada tiap individu mampu memberikan definisi cemburu
terbaik bagi dirinya sendiri, tak terkecuali mungkin mampu menginspirasi orang
orang sekitar. kata cemburu seringkali dikaitkan dengan sakit hati yang
menggebu, atau rasa rindu.
Dengan demikian, dalam tulisan ini sekalipun, penulis saat
ini sedang berada dalam zona rindu yang terbalut dengan rasa cemburu. Penulis
sadar bahwa dalam kata cemburu sendiri mengandung pelbagai macam arti yang
terkadang mampu membuat rasa nyaman, sungkan maupun rasa sakit yang tersimpan.
Namun, dalam kecemburuan kita sebagai makhluk yang percaya
akan adanya agama. kita dituntun untuk mengarahkan rasa cemburu dengan cara dan
metode yang benar dan relevan. Jika hal itu tidak dilakukan, otomatis kita akan
terus terhanyut dalam kecemburuan sesama makhluk. Tak hanya itu, ketika kata
cemburu merambat ke telinga seseorang, jelas bahwa hal demikian sangat identik
dengan kata cinta.
Cemburu dan cinta seolah olah sudah menjadi kakak adik yang
menjadi penghias dalam bahtera rumah tangga. tentu sebagian orang pun pernah
termakan rasa cemburu, karena pada dasarnya, cemburu mampu membawa diri
seseorang terjerumus dalam hal kebaikan maupun kejelekan. semisal, seorang
tersebut akan bunuh diri sebab rasa cemburu yang ia simpan terhadap sesama
makhluk lainnya, atau tentang seorang yang menyerahkan kecemburuannya terhadap
tuhan yang maha esa dan percaya atas segala kehendaknya.
Bukan main. faktanya, hal itu seringkali terjadi di belahan
dunia manapun. dimana angka kematian yang berkaitan dengan cemburu acapkali
menjadi perbincangan hangat publik kala itu. Hal ini pula menjadi sebuah
problematika bagi kita bersama agar mampu mengendalikan rasa cemburu pada cara
yang benar.
Pada konteks ini, mungkin kita semua bertanya tanya,
bagaimana kah cemburu yang benar itu?. sebagian orang mengatakan bahwa hal itu
dapat diarahkan terhadap suatu hal yang positif, dimana pada setiap dinamika
yang orang tersebt jalani haruslah berpedoman pada hal hal yang positif yang
tidak merugikan orang lain dan juga diri sendiri.
Rasulullah S.A.W pernah bersabda "Hai umat Muhammad,
tidak seorang pun yang lebih pencemburu selain Allah bila melihat hamba-Nya
atau umat-Nya berzina. Hai umat Muhammad, kalaulah kalian mengetahui apa yang
aku ketahui, maka pastilah kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.” (H.R.
al-Bukhari).
Dalam konteks ini, kita sebagai umat islam (umat yang
berpedoman pada al-qur'an dan hadist) tentu alangkah lebih baiknya jika kita
meminta atau mengutarakan perasaan pada allah semata. terutama apabila kita
mencintai terhadap sesama makhluk. Akan tetapi kita cemburu lantaran suatu hal
yang terjadi pada diri kita ataupun pada seorang kekasih yang kita cintai.
Alangkah lebih bijaknya bagi kita untuk berpasrah diri
terhadap tuhan sang pencipta jagad raya. Terutama dengan sering mengadu dan
mencurahkan segala perasaan. Karena pada hakikatnya Allah akan memberikan jalan
yang terbaik bagi para hambanya. Tak hanya itu, kita pun diupayakan untuk terus
berusaha dan berusaha terhadap segala hal yang menimpa terhadap diri kita.
Dan tentunya dengan selalu istiqomah dan selalu berusaha
menjadi yang terbaik. Dengan demikian, rasa cemburu yang seringkali
orientasinya mengarah pada hal hal negaif, sedikit demi sedikit akan menjadi
lebih tertata rapi dan malah mengantarkan kita menjadi lebih baik dalam
melakukan segala hal. Percayalah !, rasa cemburu bukan suatu halangan bagi
seseorang untuk menjadi insan yang lemah, justru sebaliknya, rasa cemburu bisa
dijadikan kekuatan meski tak logis untuk dibayangkan, wassalam!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar